Di sebuah desa yang damai, datanglah seorang pengusaha kaya raya bernama Felista. Dengan senyum ramah dan suara penuh keyakinan, ia mengumumkan rencananya: “Saya ingin membeli monyet-monyet dari desa ini. Setiap monyet yang kalian tangkap akan saya beli seharga 25 dolar per ekor.” Mendengar tawaran itu, penduduk desa yang sebagian besar petani kecil pun bersemangat. Mereka mulai memburu monyet-monyet di sekitar desa dan menjualnya kepada Felista.
Seminggu kemudian, Felista kembali. Kali ini, ia menaikkan harga beli menjadi 40 dolar per ekor. Antusiasme penduduk meningkat pesat. Mereka berlomba-lomba menangkap monyet hingga populasi monyet di desa mulai berkurang.
Beberapa hari kemudian, Felista membuat pengumuman besar lainnya: “Mulai hari ini, saya akan membeli setiap monyet dengan harga 60 dolar per ekor!” Namun, karena ia harus pergi ke kota untuk urusan bisnis, transaksi jual beli diserahkan kepada asistennya, Felisia.
Felisia, yang cerdik dan pandai berbicara, menawarkan sebuah “kesempatan emas” kepada penduduk desa. Ia berkata, “Saya punya kabar baik! Kalian bisa membeli monyet-monyet ini dari saya dengan harga 45 dolar per ekor, lalu nanti kalian jual kembali kepada Felista saat ia kembali. Kalian akan untung besar!”
Mata para penduduk berbinar mendengar peluang tersebut. Mereka mengumpulkan uang, bahkan menjual harta benda mereka untuk membeli monyet-monyet yang sebelumnya mereka tangkap. Harapan besar menghiasi wajah mereka, membayangkan keuntungan yang akan didapat.
Namun, ketika Felisia pergi dengan membawa uang hasil penjualan monyet, ia tak pernah kembali. Felista juga menghilang tanpa jejak. Tinggallah ribuan monyet berhamburan di desa, dan penduduk yang merasa tertipu hanya bisa menyesali nasib mereka.