header logo

Tentang Institusi

SEJARAH SMA XAVERIUS 3

SMA Xaverius 3 yang berada di Jalan Kolonel Atmo No.132 tidaklah berdiri menyendiri, melainkan berdampingan dengan SMP Xaverius Maria yang dikenal dengan sebutan Sekolah Maria. Nama tersebut berasal dari Maria School, yaitu sekolah-sekolah yang dikelola oleh Suster-Suster Hati Kudus sejak 17 Agustus 1938 diantaranya SMA Xaverius 1 Puteri yang didirikan 1 Agustus 1961 Bangau. Selain SMP Xaverius Maria ada juga SMP Xaverius 4.

Pada Tahun 1971 SMA Xaverius 1 Puteri pengelolaannya dipercayakan kepada Yayasan Xaverius Pusat. Pada tanggal 18 Januari 1986 seluruh siswanya digabungkan dengan SMA Xaverius 1 Bangau sehingga kapasitas SMA Xaverius 1 Bangau menjadi maksimal.

Mengingat daya tamping SMA Xaverius 1 sudah terbatas, sedangkan animo masyarakat terhadap SMA Xaverius begitu besar, Pengurus Yayasan Xaverius Pusat dalam rapatnya tanggal 17 Maret 1987 memutuskan mendirikan SMA Xaverius 3 yang akan beroperasi Tahun Pelajaran 1987/1988.

Pada tanggal 30 April 1987 Kantor Wilayah Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan memberi izin operasional SMA Xaverius 3 melalui Surat Keputusan No.192/I 114/F.4e/1987 dengan kepala sekolah Drs. Soedadi terhitung 1 Juli 1987.

Saat operasi pertama “Bayi SMA Xaverius 3” belum banyak memberikan alternative yang memuaskan kecuali hanya melaksanakan apa yang digariskan oleh “Sang Induk”. Dengan menggunakan bangunan lantai dasar dari tiga lantai yang direncanakan, dimulailah proses belajar mengajar pada tanggal 27 Juli 1987 yang sebelumnya diawali dengan Penataran P4 di SMA Xaverius 1 Bangau. Jumlah siswa yang ditampung pada angkatan pertama adalah 153 siswa yang terbagi atas 4 kelas. Ternyata animo masyarakat terhadap SMA Xaverius 3 sangat tinggi. Hal itu terbukti dari tahun ke tahun siswa yang masuk SMA Xaverius 3 selalu meningkat.

Memasuki usianya yang ke-4 beberapa perubahan terjadi baik fisik maupun nonfisik. Perubahan fisik terlihat dengan adanya penambahan gedung yang diperuntukkan bagi laboratorium dan pemusatan kegiatan administrasi. Sedangkan perubahan nonfisik yaitu perubahan jenjang akreditasi dari Izin Operasional menjadi Status Disamakan yang merupakan jenjang tertinggi dalam akreditasi. Status Disamakan dinyatakan dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI No.349/c/Kep/1/1990 tertanggal 27 Desember 1990. Dengan menyandang Status disamakan, SMA Xaverius 3 sudah dianggap mampu berdiri sendiri lepas dari “induknya” yaitu SMA Xaverius 1.

Prestasi demi prestasi terus diraih oleh SMA Xaverius 3 baik bidang akademik maupun bidang non akademik. Angkatan I SMA Xaverius 3 sudah mampu meraih Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang cukup membanggakan yakni 41,21 untuk jurusan A1, 38,84 untuk jurusan A2 dan 41,45 untuk jurusan A3.

Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler terus dibina seperti bola volley, bola basket, Pramuka, Pecinta Alam, Tekwondo, keterampilan bubut kayu, PAskibra. Prestasi yang paling menonjol adalah Tekwondo. Tekwondo SMA Xaverius 3 cukup disegani dan berbagai piala kejuaraan telah diraih tingkat Sumatera Selatan.

Estafet kepemimpinan SMA Xaverius 3 berganti dari Drs. T. Soedadi digantikan oleh Drs. Y. Susilo tahun 1992. Pergantian kepemimpinan membawa nuansa baru. Pada tahun ini juga diadakan Lustrum I SMA Xaverius 3. Perkembangan SMA Xaverius 3 maju pesat dan animo masyarakat terhadap SMA Xaverius 3 semakin tinggi. Mengingat daya tampung yang ada sangat terbatas, dibangunlah gedung SMA Xaverius 3 tahap ke-3. Ruang parker yang berada disamping perpustakaan dan dibelakang Pastoran Hati Kudus dibuat bangunan baru 4 lantaiyang dipergunakan untuk kantor, ruang laboratorium.

Tahun 1994 terjadilah perubahan kurikulum dari Kurikulum 1984 menjadi Kurikulum 1994. Kurikulum 1994 lebih berorientasi kepada kompetensi siswa. Selain itu terjadinya perubahan sistem semester menjadi sistem catur wulan. Sebutan SMA diganti menjadi SMU. Jurusan Biologi (A2), Jurusan Fisika (A1) dihapuskan menjadi Jurusan IPA. Selain itu pelajaran Keterampilan ditiadakan diganti menjadi Muatan Lokal. Muatan Lokal yang dipilih SMU Xaverius 3 adalah computer. Dasar pemikiran pemilihan computer adalah untuk mengantisipasi kebutuhan dunia kerja di era globalisasi. Keterampilan khas SMU Xaverius 3 kini tinggal kenangan.

Peningkatan jumlah siswa pada suatu sekolah tentu membawa dampak yang bisa kurang menguntungkan jika tidak dibarengi dengan tindakan tegas pihak sekolah selaku pengelola pendidikan. Namun SMU Xaverius 3 dapat mengatasi masalah itu. Untuk kedisiplinan dan kebersihan lingkungan sekolah SMU Xaverius 3 adalah diraihnya penghargaan sebagai sekolah terbersih III tahun 1995 se-Kota Madya Palembang serta menjadi Juara I tahun 1994 dan Juara III dalam Lomba Mutu Sekolah Tingkat SLTA se-Kotamadya Palembang.

Tahun 1997 terjadi pergantian kepemimpinan SMU Xaverius 3 dari Drs. Y. Susilo kepada Drs. F.X. Sihono. Dasar-dasar yang dibentuk oleh kepemimpinan SMU Xaverius 3 yang terdahulu sudah kokoh dan mampu memberi warna tersendiri sehingga SMU Xaverius 3 berbeda dri yang lainnya. Pengembangan intelektual, keterampilan dan olah raga berkembang sangat pesat. Pada tahun 1997 utusan SMU Xaverius 3 Herman berhasil maju babak final Olimpiade Fisika dan menduduki ranking 18 nasional. Salah satu putera terbaik SMU Xaverius 3 Yusri Achyar menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di istana Negara 17 Agustus 1998. Bahkan tahun 2001 SMU Xaverius 3 mampu memperoleh predikat C untuk Jurusan IPS dan Jurusan IPA.

Pada tahun 2001 estafet kepemimpinan SMU Xaverius 3 berganti dari Drs. F.X. Sihono digantikan M.M. Suyati, B.A. Pada usianya yang ke-14 SMU Xaverius 3 dipandang mampu “melahirkan” seorang pemimpin. M.M. Suyati, B.A. adalah “produk” SMU Xaverius 3.

Sarana dan prasarana sekolah kini mendapat perhatian penuh dari Yayasan Xaverius Pusat. Ruang perpustakaan dipasang AC, begitu juga dengan ruang computer. Mulai tahun 2001 penyelegaraan pendidikan computer yang selama ini dikelola Kelompok Kompas Gramedia (KKG) diselenggarakan sendiri oleh Yayasan Xaverius Pusat.

Usia SMU Xaverius 3 memang masih muda. Namun prestasi yang diraih sudah cukup membanggakan dan mampu memberi corak pendidikan tersendiri di Bumi Sriwijaya.