Sekolah, sebagai tempat menimba ilmu dan membentuk karakter, seharusnya menjadi ruang yang inklusif dan adil bagi semua siswa, tanpa terkecuali. Namun, realitasnya, masih banyak sekolah yang terjebak dalam budaya patriarki, yang memicu ketidaksetaraan gender dan menghambat potensi anak perempuan.
Persamaan gender di sekolah bukan sekadar slogan, melainkan sebuah kebutuhan mendesak untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi semua anak. Berikut beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan sekolah ramah gender:
- Kurikulum dan Materi Pelajaran:
Kurikulum dan materi pelajaran yang digunakan di sekolah sebaiknya bebas dari bias gender. Materi yang memuat stereotip gender, seperti peran perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga atau laki-laki sebagai pemimpin, harus dihilangkan. Sebaliknya, materi yang mendorong kesetaraan gender, seperti peran perempuan dalam kepemimpinan, sains, dan teknologi, perlu dimasukkan dalam kurikulum.
- Peran Guru dan Staf:
Guru dan staf sekolah memiliki peran penting dalam membangun budaya sekolah yang ramah gender. Mereka perlu diberi pelatihan dan pemahaman tentang isu gender dan bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Guru perlu bersikap adil dan tidak diskriminatif terhadap siswa, baik perempuan maupun laki-laki. Mereka juga perlu menjadi role model dalam menunjukkan sikap dan perilaku yang setara gender.
- Fasilitas dan Sarana:
Fasilitas dan sarana sekolah harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan semua siswa, tanpa terkecuali. Misalnya, toilet terpisah untuk perempuan dan laki-laki dengan jumlah yang seimbang, ruang menyusui bagi ibu menyusui, dan ruang bermain yang aman dan nyaman bagi semua anak.
- Aktivitas Ekstrakurikuler:
Aktivitas ekstrakurikuler di sekolah juga perlu dirancang untuk mendorong partisipasi semua siswa, baik perempuan maupun laki-laki. Misalnya, klub olahraga, seni, dan sains yang terbuka bagi semua anak tanpa memandang jenis kelamin.
- Tata Tertib Sekolah:
Tata tertib sekolah harus adil dan tidak diskriminatif terhadap siswa, baik perempuan maupun laki-laki. Misalnya, aturan tentang seragam sekolah, rambut, dan akses terhadap fasilitas sekolah harus dibuat dengan mempertimbangkan kebutuhan semua siswa.
- Pencegahan Bullying dan Kekerasan:
Sekolah harus memiliki mekanisme pencegahan bullying dan kekerasan, termasuk kekerasan seksual, yang efektif. Guru dan staf sekolah perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda bullying dan kekerasan, serta bagaimana memberikan bantuan kepada korban.
- Peran Orang Tua dan Masyarakat:
Orang tua dan masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung sekolah untuk mewujudkan persamaan gender. Mereka perlu diajak untuk memahami pentingnya kesetaraan gender dan bagaimana mendukung anak-anak mereka untuk mencapai potensi maksimalnya, tanpa terkecuali.
- Peran Media dan Teknologi:
Media dan teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk mempromosikan persamaan gender di sekolah. Sekolah dapat memanfaatkan media sosial, website, dan platform digital lainnya untuk menyebarkan informasi tentang kesetaraan gender dan menginspirasi siswa untuk menjadi agen perubahan.
Membangun sekolah ramah gender bukan tugas mudah, tetapi merupakan investasi jangka panjang yang akan melahirkan generasi penerus yang lebih adil, setara, dan berkarakter. Dengan komitmen bersama dari semua pihak, sekolah dapat menjadi ruang belajar yang aman, nyaman, dan inklusif bagi semua anak, tanpa terkecuali.
-M. Candra Wijaya